Selasa, 20 September 2016

Keluarga & Dakwah Harapanku



            “Tidak ada yang sempurna di dunia ini”, mungkin itulah kata yang setiap orang pernah katakan dan pernah didengar maupun diucapkan oleh seluruh manusia dimuka bumi. Namun, justru aku ingin memiliki keluarga yang sempurna, wow! Berani sekali yah, padahal jelas-jelas kesempurnaan hanya milik Allah semata. Yup! Itulah impian keluarga kecilku nanti adalah yang sempurna mencintai Allah, sempurna mencintai Rasulullah SAW, sempurna mencintai Islam, dan sempurna mencintai dakwah. “Ahh… banyak orang yang ngomong gitu ujung-ujungnya mah da biasa aja, dakwah tapi kelakuannya seperti tidak beriman, ngaku beriman tapi menuhankan selain Allah SWT seperti menuhankan harta dan menuhankan tahta, kalo udah sukses mah lupa apa yang diomongin”. Itulah perkataan yang sering menggoreskan semangat menggapai hal tersebut, yaitu perkataan yang akhirnya menjadi do’a dan akhirnya terkabulkan, naudzubillah…. Namun, ingatlah, mimpi itu bagaikan tujuan dan arahan hidup. Jika kita hidup tanpa mimpi berarti kita hidup tanpa tujuan yang jelas. Silahkan tertawa mendengar perkataan ini. Ucapkan dan pikirkan kata tadi baik-baik, semoga itu menjadi do’a dan dikabulkan oleh-Nya, aamiin….

            Sebelum membina keluarga tentu harus memiliki pasangan hidup dulu dong? Hehe…. Nah karena impian pertamaku adalah keluarga yang sempurna, maka calonku nanti kudu sempurna juga dong. Bagaimana kah sempurnanya calon idamanku? Tentu yang pasti sempurna aqidahnya, sempurna hatinya hanya untukku. Keluarga dan dakwah, sempurna cantiknya jika dipandang menenangkan hati. Cantik/ganteng itu relative. Mungkin bagi ikhwan melihat seorang akhwat ABG (Akhwat Berkerudung Gede) saja sudah tergolong cantik fisiknya loh! Atau mungkin bagi akhwat melihat tampilan ikhwan JANTUNG & DATAM (Berjanggut dan bercelana Ngatung & Dagu Hitam) sudah mendesirkan hatinya. Lalu sempurna cintanya, cinta kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, keluarga dan dakwah. Sempurna ilmunya, ilmu sebagai pasangan hidup dan berkeluarga serta ilmu agama yang paling utama, “wuiihhh maruk nih orang mau segala sempurna, kan ga ada yang sempurna bray”. Hmmm……….bukankah jodoh merupakan cerminan pribadi, kalo mau dapet yg kayak gitu ya memantaskan diri aja kayak gitu. Brebes kan?…eh maksudnya beres kan? Hehehehe……. Bagiku, kesempurnaan itu relatif, seorang yang selalu mengenakan dengan baju syar’i, perkataan yang halus serta pergaulan yang baik itu sudah cukup bagiku sebagai calon yang sempurna. Bisa saja ada orang yang menaruh kriteria harus seorang guru, dokter, psikiater, bisa memasak, tulisannya masyaa allah sekali, sikap yang lucu, pintar berbicara dan lain sebagainya menambah “value of perfectness” itu. Nah tapi inget semakin banyak kriteria “value of perfectness” tersebut semakin banyak pula PR kita untuk mencapainya, remember that No pain , No gain!  
Oh iya ada lagi, aku ingat kepada kata-kata pak walikota Bandung bernama Ridwan Kamil atau yang akrab dipanggil Kang Emil dalam salah satu acara talk show, ia dan keluarganya terbiasa saling memeluk satu sama lain minimal selama 20 detik/hari agar terbentuk chemistry diantara keluarganya, dan hal tersebut Kang Emil paparkan berdasarkan salah satu penelitian di luar negeri yang aku sendiri lupa dimana, hehe…..(mungkin bisa tanya mbah gugel). Nah tentu saja jika aku memiliki keluarga nanti, aku ingin mengaplikasikan hal ini. Aku juga teringat perkataan salah satu dosenku saat mengajar dimana saat sang pasangan hidup terutama istri sedang marah, jangan didiamkan, peluklah dia, semakin dia mencoba melepaskan pelukan dari sang suami, semakin erat pula pelukan sang suami pada istri. Beliau menjelaskan bahwa wanita itu terbuat dari tulang rusuknya pria. Maka, jika didekatkan dengan tulang rusuknya, maka akan luluh juga hehehe….. Jadi jangan heran kalo suatu saat nanti saat berumah tangga aku tiba-tiba memeluk pasangan hidupku. mungkin tiba-tiba itu akan sering sih, sebelum berpergian pasti kupeluk, sebelum berpisah untuk menjemput rezeki pasti kupeluk, bahkan mungkin saat memasak, melakukan kegiatan mulia pekerjaan rumah pasti kupeluk, saat mau tidur kupeluk dahulu, saat bangun tidur kupeluk lagi. Dengan demikian, aku harap karena saking seringnya kupeluk aku tidak berpindah kepada pelukan lain karena kehangatan pelukamulah yang paling menghangatkan :D aaahhh… Jadi pengen cepet punya pendamping hidup hahahahaha……
            Impianku berikutnya dengan keluargaku nanti, aku ingin berjihad melalui jalur jihad ekonomi. Aku ingin setiap hari bisa bersedekah. Oleh karena itu, jika memiliki keluarga prioritasku ingin menjadi keluarga pengusaha. Kenapa jadi pengusaha? Karena kalo jadi karyawan kemungkinan membuat kaya orang lain itu sulit, karena gaji hanya untuk keluarga dan waktu karyawan itu tidak se-fleksibel seorang pengusaha. Namun tentu saja, menuju hal tersebut tidak semudah tulisanku ini, why? Remember that No pain, No gain! Aku ingin menanamkan mindset kepada keluargaku. Tentu boleh saja kita menjadi karyawan, namun tujuannya bukan mencari uang/sesuatu yang konsumtif. Aku ingin menanamkan prinsip HABISKAN GAJIMU! “Laaah katanya mau jadi pengusaha kok gaji suruh dihabisin, ya sisain toh buat modal bisnis”. Tentu saja kami sisakan, namun kami tidak menabungnya, melainkan menanamnya, “Hah emang bisa ya nanem duit? Ntar tumbuhnya recehan atau gimana?” hahaha…. Tentu saja bukan itu maksudnya, pasti pada sudah tau kan maksud saya apa? Yuppp investasi! Jika memiliki banyak tabungan keluarga, keluargaku nanti akan menginvestasikan sesuatu yang produkif. Seperti membuat usaha, investasi reksadana, dan lain sebagainya. Inilah yang disebut HABISKAN GAJIMU sebagai pengeluaran yang produktif, bukan konsumtif, dan juga investasi akhirat, tentunya melalui jalan sedekah dan wakaf. Jadi tidak ada lagi istilah orang yang bawa Golok yang masuk ke masjid, melainkan orang yang mengenakan kopeah yang masuk kedalam masjid, hehehe…… Jika seorang mampu mengeluarkan se-puluh juta untuk membeli motor untuk keperluan duniawinya mengapa untuk keperluan akhirat hanya keluar se-ribu saja tanpa juta? hehehe…. “Kan keperluan kita banyak yah? Kan kudu beli ini itu, buat ngasih makan keluarga gimana dong?” Inilah mindset yang ingin kuhapus dari keluargaku nanti yaitu “takut miskin”.
Bukankah Allah menjamin bagi siapapun dalam surat An-nuur ayat 32 (QS 24:32) “Dan kawinkanlah orang orang yang sendirian di antara kamu, dan orang orang yang layak (berkawin) dari hamba hamba sahayamu yang lelaki dan hamba hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui” Begitulah janji Allah. Tuhan sang pencipta alamlah yang berjanji, mengapa kita masih meragukannya? Rezeki Allah itu bagaikan kedipan mata, datang pun bisa lebih cepat dari kecepatan kilat. Bukankah bernafas itu rezeki? Jika ada pekerjaan yang diharuskan 8 jam tahan nafas dan dibayar tinggi apakah ada yang mau? Bukankah mampu melihat itu rezeki? Jika ada pekerjaan yang salah satu syaratnya mata kita dicopot dan dibayar mahal apakah kita mau? Bahkan menurutku pengangguran itu rezeki loh. Betapa banyak orang di dunia luar yang berani membayar jutaan dollar untuk mengikuti sebuah seminar dengan tema “FREEDOM”. Hebatnya seorang pengangguran memiliki ilmu itu tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, hehehe….. Tentunya ini hanya gurauan yah… Tentu ada konteks yang sama. Seorang yang sibuk bisnis ini itu ingin ada waktu bebas layaknya seorang pengangguran (sebuah analogi saja), dan seorang pengangguran ada kalanya ingin sibuk seperti pebisnis sukses (sebuah analogi yaaaah). Jadi intinya, bagaimana kita bisa mensyukuri rezeki kita masing-masing. Itulah mindset yang menjadi idaman keluargaku, dan semoga visiku ini bisa terwujud dengan pasangan hidupku kelak. Aku ingin sukses bersamamu, bukan sukses untuk memilikimu. Aku ingin saat sukses engkau ada berada disisiku, bukan sukses dulu yang menjadi tiket utama mempersunting engkau. Dan, disaat aku mulai lelah mengejar ini semua, bantulah bakar api semangat dakwahku dengan cintamu wahai sang pendamping hidup :)).  Tahukah engkau hanya 2 hal yang mampu membuatku menangis di dunia ini, yaitu Keluarga dan Dakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar