“Tidak
ada yang sempurna di dunia ini”, mungkin itulah kata yang setiap orang
pernah katakan dan pernah didengar maupun diucapkan oleh seluruh manusia dimuka
bumi. Namun, justru aku ingin memiliki keluarga yang sempurna, wow! Berani
sekali yah, padahal jelas-jelas kesempurnaan hanya milik Allah semata. Yup! Itulah
impian keluarga kecilku nanti adalah yang sempurna mencintai Allah, sempurna
mencintai Rasulullah SAW, sempurna mencintai Islam, dan sempurna mencintai
dakwah. “Ahh… banyak orang yang ngomong
gitu ujung-ujungnya mah da biasa aja, dakwah tapi kelakuannya seperti tidak
beriman, ngaku beriman tapi menuhankan selain Allah SWT seperti menuhankan
harta dan menuhankan tahta, kalo udah sukses mah lupa apa yang diomongin”. Itulah
perkataan yang sering menggoreskan semangat menggapai hal tersebut, yaitu
perkataan yang akhirnya menjadi do’a dan akhirnya terkabulkan, naudzubillah…. Namun,
ingatlah, mimpi itu bagaikan tujuan dan arahan hidup. Jika kita hidup tanpa
mimpi berarti kita hidup tanpa tujuan yang jelas. Silahkan tertawa mendengar
perkataan ini. Ucapkan dan pikirkan kata tadi baik-baik, semoga itu menjadi
do’a dan dikabulkan oleh-Nya, aamiin….
Sebelum membina keluarga tentu harus
memiliki pasangan hidup dulu dong? Hehe…. Nah karena impian pertamaku adalah
keluarga yang sempurna, maka calonku nanti kudu sempurna juga dong. Bagaimana
kah sempurnanya calon idamanku? Tentu yang pasti sempurna aqidahnya, sempurna
hatinya hanya untukku. Keluarga dan dakwah, sempurna cantiknya jika dipandang
menenangkan hati. Cantik/ganteng itu relative. Mungkin bagi ikhwan melihat
seorang akhwat ABG (Akhwat Berkerudung Gede) saja sudah tergolong cantik
fisiknya loh! Atau mungkin bagi akhwat melihat tampilan ikhwan JANTUNG &
DATAM (Berjanggut dan bercelana Ngatung & Dagu Hitam) sudah mendesirkan
hatinya. Lalu sempurna cintanya, cinta kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, keluarga
dan dakwah. Sempurna ilmunya, ilmu sebagai pasangan hidup dan berkeluarga serta
ilmu agama yang paling utama, “wuiihhh
maruk nih orang mau segala sempurna, kan ga ada yang sempurna bray”. Hmmm……….bukankah
jodoh merupakan cerminan pribadi, kalo mau dapet yg kayak gitu ya memantaskan
diri aja kayak gitu. Brebes kan?…eh maksudnya beres kan? Hehehehe……. Bagiku,
kesempurnaan itu relatif, seorang yang selalu mengenakan dengan baju syar’i, perkataan
yang halus serta pergaulan yang baik itu sudah cukup bagiku sebagai calon yang
sempurna. Bisa saja ada orang yang menaruh kriteria harus seorang guru, dokter,
psikiater, bisa memasak, tulisannya masyaa
allah sekali, sikap yang lucu, pintar berbicara dan lain sebagainya
menambah “value of perfectness” itu.
Nah tapi inget semakin banyak kriteria “value
of perfectness” tersebut semakin banyak pula PR kita untuk mencapainya, remember that No pain , No gain!
Oh
iya ada lagi, aku ingat kepada kata-kata pak walikota Bandung bernama Ridwan
Kamil atau yang akrab dipanggil Kang Emil dalam salah satu acara talk show, ia dan keluarganya terbiasa
saling memeluk satu sama lain minimal selama 20 detik/hari agar terbentuk chemistry diantara keluarganya, dan hal
tersebut Kang Emil paparkan berdasarkan salah satu penelitian di luar negeri
yang aku sendiri lupa dimana, hehe…..(mungkin bisa tanya mbah gugel). Nah tentu
saja jika aku memiliki keluarga nanti, aku ingin mengaplikasikan hal ini. Aku
juga teringat perkataan salah satu dosenku saat mengajar dimana saat sang
pasangan hidup terutama istri sedang marah, jangan didiamkan, peluklah dia,
semakin dia mencoba melepaskan pelukan dari sang suami, semakin erat pula
pelukan sang suami pada istri. Beliau menjelaskan bahwa wanita itu terbuat dari
tulang rusuknya pria. Maka, jika didekatkan dengan tulang rusuknya, maka akan
luluh juga hehehe….. Jadi jangan heran kalo suatu saat nanti saat berumah
tangga aku tiba-tiba memeluk pasangan hidupku. mungkin tiba-tiba itu akan
sering sih, sebelum berpergian pasti kupeluk, sebelum berpisah untuk menjemput
rezeki pasti kupeluk, bahkan mungkin saat memasak, melakukan kegiatan mulia
pekerjaan rumah pasti kupeluk, saat mau tidur kupeluk dahulu, saat bangun tidur
kupeluk lagi. Dengan demikian, aku harap karena saking seringnya kupeluk aku
tidak berpindah kepada pelukan lain karena kehangatan pelukamulah yang paling
menghangatkan :D aaahhh… Jadi pengen cepet punya pendamping hidup hahahahaha……
Impianku berikutnya dengan
keluargaku nanti, aku ingin berjihad melalui jalur jihad ekonomi. Aku ingin
setiap hari bisa bersedekah. Oleh karena itu, jika memiliki keluarga
prioritasku ingin menjadi keluarga pengusaha. Kenapa jadi pengusaha? Karena
kalo jadi karyawan kemungkinan membuat kaya orang lain itu sulit, karena gaji
hanya untuk keluarga dan waktu karyawan itu tidak se-fleksibel seorang
pengusaha. Namun tentu saja, menuju hal tersebut tidak semudah tulisanku ini, why? Remember that No pain, No gain! Aku
ingin menanamkan mindset kepada
keluargaku. Tentu boleh saja kita menjadi karyawan, namun tujuannya bukan mencari
uang/sesuatu yang konsumtif. Aku ingin menanamkan prinsip HABISKAN GAJIMU! “Laaah katanya mau jadi pengusaha kok gaji
suruh dihabisin, ya sisain toh buat modal bisnis”. Tentu saja kami sisakan,
namun kami tidak menabungnya, melainkan menanamnya, “Hah emang bisa ya nanem duit? Ntar tumbuhnya recehan atau gimana?” hahaha….
Tentu saja bukan itu maksudnya, pasti pada sudah tau kan maksud saya apa? Yuppp
investasi! Jika memiliki banyak tabungan keluarga, keluargaku nanti akan
menginvestasikan sesuatu yang produkif. Seperti membuat usaha, investasi
reksadana, dan lain sebagainya. Inilah yang disebut HABISKAN GAJIMU sebagai
pengeluaran yang produktif, bukan konsumtif, dan juga investasi akhirat, tentunya
melalui jalan sedekah dan wakaf. Jadi tidak ada lagi istilah orang yang bawa
Golok yang masuk ke masjid, melainkan orang yang mengenakan kopeah yang masuk
kedalam masjid, hehehe…… Jika seorang mampu mengeluarkan se-puluh juta untuk
membeli motor untuk keperluan duniawinya mengapa untuk keperluan akhirat hanya
keluar se-ribu saja tanpa juta? hehehe…. “Kan
keperluan kita banyak yah? Kan kudu beli ini itu, buat ngasih makan keluarga
gimana dong?” Inilah mindset yang ingin kuhapus dari keluargaku nanti yaitu
“takut miskin”.
Bukankah
Allah menjamin bagi siapapun dalam surat An-nuur ayat 32 (QS 24:32) “Dan kawinkanlah orang orang yang sendirian
di antara kamu, dan orang orang yang layak (berkawin) dari hamba hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah
akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi
Maha Mengetahui” Begitulah janji Allah. Tuhan sang pencipta alamlah yang
berjanji, mengapa kita masih meragukannya? Rezeki Allah itu bagaikan kedipan
mata, datang pun bisa lebih cepat dari kecepatan kilat. Bukankah bernafas itu
rezeki? Jika ada pekerjaan yang diharuskan 8 jam tahan nafas dan dibayar tinggi
apakah ada yang mau? Bukankah mampu melihat itu rezeki? Jika ada pekerjaan yang
salah satu syaratnya mata kita dicopot dan dibayar mahal apakah kita mau? Bahkan
menurutku pengangguran itu rezeki loh. Betapa banyak orang di dunia luar yang
berani membayar jutaan dollar untuk mengikuti sebuah seminar dengan tema “FREEDOM”. Hebatnya seorang pengangguran
memiliki ilmu itu tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, hehehe….. Tentunya ini hanya gurauan yah… Tentu
ada konteks yang sama. Seorang yang sibuk bisnis ini itu ingin ada waktu bebas
layaknya seorang pengangguran (sebuah analogi saja), dan seorang pengangguran
ada kalanya ingin sibuk seperti pebisnis sukses (sebuah analogi yaaaah). Jadi
intinya, bagaimana kita bisa mensyukuri rezeki kita masing-masing. Itulah mindset yang menjadi idaman keluargaku,
dan semoga visiku ini bisa terwujud dengan pasangan hidupku kelak. Aku ingin sukses
bersamamu, bukan sukses untuk memilikimu. Aku ingin saat sukses engkau ada
berada disisiku, bukan sukses dulu yang menjadi tiket utama mempersunting
engkau. Dan, disaat aku mulai lelah mengejar ini semua, bantulah bakar api
semangat dakwahku dengan cintamu wahai sang pendamping hidup :)). Tahukah engkau hanya 2 hal yang mampu
membuatku menangis di dunia ini, yaitu Keluarga dan Dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar