Minggu, 29 Maret 2015

Perjalananku Menemukanmu, k a m m i ...

Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Sekitar 4th yg lalu aku mengenal KAMMI. Yang aku tahu, awalnya, KAMMI itu semacam organisasi Rohis ala Mahasiswa gitu. Karena awal aku mengenalnya ketika aku duduk di bangku SMA. Itupun aku mengenalnya  secara tak sengaja. Aku tak sengaja mendengarkan percakapan ketika kakakku di rumah yg kala itu lagi ngobrolin Rohis Universitasnya, dan salah satunya ada kata “K A M M I”


Saat lulus SMA, aku ingin sekali meneruskan jejak kakakku melangkah diantara barisan orang –orang yg Allah tunjuk secara istimewa bergabung dengan sebuah gerakan bernama KAMMI. Aku berjuang untuk mendapatkan salah satu perguruan tinggi di kota Semarang di sebuah jurusan yg bisa dibilang favorit. Yaa, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Namun, Allah berkehendak lain. Sekeras niatku, usahaku, kerja kerasku, jika Allah tak menakdirkan itu, maka tak akan terjadi padaku. Singkat cerita, aku ditakdirkan Allah untuk berjuang di kota Purwokerto, jauh dari kota yg aku inginkan itu.

Aku terdampar di sebuah kota kecil, kota Satria, kota yg terkenal dg sejarah Jendral Soedirman. Semester pertama di universitas, dimana aku berjuang sangatlah jauh dari kata –betah-. Yaa, aku belum kerasan tinggal di Purwokerto, belum kerasan belajar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, walau menjadi mahasiswa bahasa Inggris adalah pilihanku yg kedua ketika aku gagal menjadi mahasiswa Psikologi. Sempat terbersit di fikiranku untuk mencoba di tahun berikutnya demi mendapatkan kursi sebagai mahasiswa Psikologi UNDIP, atau mahasiswa bahasa Inggris di UNS. Namun, seiring berjalannya waktu, Allah meyakinkanku bahwa ini adalah salah satu jalan terbaik yg Allah berikan untukku.

Seperti halnya di Universitas lain, di UMP pun diwajibkan untuk mahasiswa baru mengikuti mentoring selama 1th. Awalnya aku terheran, kok gak ada cerita-cerita ala mahasiswa dakwah kampus kayak yg sering kakakku diskusikan? Kok jarang ada yg ngomongin KAMMI? Rohis? Ternyata Rohis disini dikenal dg LDK Al-Kahfi. Tahun pertama di UMP aku belum resmi menjadi kader LDK, namun tidak di tahun kedua. Kalo difikir, aku menyesal juga gak terlalu aktif di LDK. Baru kerasa setelah menjadi mahasiswa semester akhir seperti sekarang. But, yaa, disini aku tak akan menjelaskan secara detail tentang LDK Al-Kahfi, tentang alasan mengapa aku tak terlalu aktif disana.
 
Ditulisanku kali ini, aku ingin menuliskan tentang perjalanku menemukan KAMMI. Special di HUT KAMMI yang ke 17th. Barakallah untuk KAMMI dan kader-kadernya di seluruh belahan dunia, di seluruh jengkal bumi ini. Untuk kader KAMMI pilihan Allah, orang-orang yg Allah tunjuk secara istimewa diantara sepuluh, seratus, seribu, sejuta, bahkan triliyunan manusia di seluruh penjuru dunia..

Kurang lebih, sudah memasuki tahun ketiga aku bergabung dengan KAMMI. Perjalananku menemukan KAMMI di kampus biru ini sungguh memilukan. Diawali ketika menjadi mahasiswa UMP, tinggal dikos-kosan yg bukan kos binaan itu rasanya menyiksa batin saya. Sering sekali aku menangis selesai menjalankan sholat, tilawah dengan iringan tangis air mata, karena merindukan saudara saudari Rohis SMA. Memang ukhuwah itu sangat indah dirasa, namun aku tak merasakan di tempat kos awal pertama aku tinggali.

Ditengah kepiluanku dulu, Allah memberi jawaban indah atas doaku. Lewat mentoring yg diwajibkan oleh kampus itu, aku bertemu dengan mbak Nia. Mentorku yg cantik, lembut, dan keibuan itu lah yg secara tak sengaja membawaku menemukan KAMMI. Ah mbak Nia, aku merindukanmu :’( mbak Nia juga salah satu kakak angkatanku di prodi bahasa Inggris. Tak sengaja saat mentoring, aku melihat dia memakai gantungan di tasnya bertulisan KAMMI. Karena sebelumnya aku telah mengenal KAMMI, aku berniat menanyakan apakah ini “KAMMI” yg sering kakakku ceritakan? Aku optimis jawaban yg akan ku dengar adalah “YA”, karena salah satu ciri khas kader KAMMI ya seperti mbak Nia, jilbab besarnya itu loh hehe
Singkat cerita, aku pun menemukanmu, KAMMI. Yg selama ini aku cari ditengah kepiluan hati ini. Sejak aku menemukan gantungan kunci di tas mbak Nia itu, aku bertanya banyak, salah satunya tentang Liqo. Ya, aku merindukan lingkaran itu, lingkaran yg untuk pertama kali aku rasakan saat duduk di bangku SMA kelas 2. Kemudian mbak Nia memintaku untuk main ke ARJ (Ar Ruhul Jadid) kost, yg sekaligus menjadi secretariat KAMMI Ahmad Dahlan. “temui mbak XY ya, dia yg akan menjadi Murobbi kamu, dek.”

Keesokan harinya sampailah aku di sebuah rumah yg ketika aku memasukinya untuk pertama kali, hawanya saja udah beda, adem, sejuk. Ingin sekali aku tinggal disini, dan Alhamdulillah, hingga sekarang aku menetap di sini.

Pada hakikatnya, ketika kita mempunyai niat yg baik, insya Allah, Allah akan memudahkannya. Itu yg selama ini aku sering rasakan. Mengenal KAMMI, menemukan KAMMI di kampus biru, KAMMI yg bagaikan rumput liar di tengah-tengah kampus biru, KAMMI yg jumlah kadernya sedikit di kampus biru ini, namun KAMMI yg ukhuwahnya sangat erat dan membuat orang yg ‘terjebak’ di dalamnya enggan untuk berbalik.

DM1, sekitar 2,5th yg lalu adalah resminya aku menjadi kader KAMMI, khususnya KAMMI Ahmad Dahlan Purwokerto. Dan sekitar 1th lebih yg lalu, DM2 Semarang aku ikuti. Ah, mengingat cerita dibalik DM2 itu sungguh ucap syukur begitu deras keluar dari bibirku. Dimana aku dengan beraninya tak mengikuti ujian Public Speaking, meninggalkan tugas akhir salah satu mata kuliah, dan alhasil, aku mendapat nilai yg seadanya, yg semester ini aku perbaiki. Saat itu aku percaya bahwa ketika kita menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita. Dan ini yg aku rasakan saat ini, insya Allah mendapatkan ganti yg lebih baik, dan jalannya pun dimudahkan sama Allah. Alhamdulillaah…

Sekarang, bertepatan dengan tanggal 29 Maret 2015, 17th KAMMI. Milad KAMMI di seluruh Indonesia, dan juga KAMMI di luar negeri. Telah kutuliskan sebuah kisah singkat perjalanku menemukanmu KAMMI ditengah kampus biru, sebuah kampus kecil di kota Purwokerto.

Andai perjuangan ini mudah, pasti ramai yg menyertainya. Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan, pasti ramai yg tertarik padanya. Namun, hakikat perjuangan bukanlah begitu. Semangat wahai jiwa-jiwa pilihan Allah. Jiwa yg secara istimewa Allah tunjuk sebagai satu diantara sepuluh, seratus, seribu, berjuta, bahkan triliyunan  manusia di seluruh dunia. 


Tulisan ini mengingatkanku secara pribadi dan aku persembahkan secara istimewa untuk teman-teman KAMMI di seluruh penjuru, especially teman-teman KAMMI Ahmad Dahlan Purwokerto. Ukhti Giar, adekku Liya and Amach. Ketum KomsAD, Akh Budi and the gang, Akh Bani, Akh Gian, Akh Ivan, dek Imron, dek Huda, dek Udin, dan kawan-kawan alumni mbak Nia, mbak Betty, mbak Riri, mbak Dheris, mbak Ndis, mbak Ezi, Akh Juli, Akh Heru. Serta calon kader KAMMI Ahmad Dahlan, ukhti Wiwik, ukhti Betti, dek Amal, and dek Desi cungkring :D hehe 

ini ceritaku, mana ceritamu?? :)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar