Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Sekitar 4th yg
lalu aku mengenal KAMMI. Yang aku tahu, awalnya, KAMMI itu semacam organisasi
Rohis ala Mahasiswa gitu. Karena awal aku mengenalnya ketika aku duduk di
bangku SMA. Itupun aku mengenalnya
secara tak sengaja. Aku tak sengaja mendengarkan percakapan ketika
kakakku di rumah yg kala itu lagi ngobrolin Rohis Universitasnya, dan salah
satunya ada kata “K A M M I”
Saat lulus SMA, aku ingin
sekali meneruskan jejak kakakku melangkah diantara barisan orang –orang yg
Allah tunjuk secara istimewa bergabung dengan sebuah gerakan bernama KAMMI. Aku
berjuang untuk mendapatkan salah satu perguruan tinggi di kota Semarang di
sebuah jurusan yg bisa dibilang favorit. Yaa, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Namun, Allah berkehendak lain. Sekeras niatku, usahaku, kerja kerasku, jika
Allah tak menakdirkan itu, maka tak akan terjadi padaku. Singkat cerita, aku
ditakdirkan Allah untuk berjuang di kota Purwokerto, jauh dari kota yg aku
inginkan itu.
Aku terdampar di sebuah kota
kecil, kota Satria, kota yg terkenal dg sejarah Jendral Soedirman. Semester
pertama di universitas, dimana aku berjuang sangatlah jauh dari kata –betah-. Yaa,
aku belum kerasan tinggal di Purwokerto, belum kerasan belajar di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, walau menjadi mahasiswa bahasa Inggris adalah
pilihanku yg kedua ketika aku gagal menjadi mahasiswa Psikologi. Sempat terbersit
di fikiranku untuk mencoba di tahun berikutnya demi mendapatkan kursi sebagai
mahasiswa Psikologi UNDIP, atau mahasiswa bahasa Inggris di UNS. Namun, seiring
berjalannya waktu, Allah meyakinkanku bahwa ini adalah salah satu jalan terbaik
yg Allah berikan untukku.
Seperti halnya di
Universitas lain, di UMP pun diwajibkan untuk mahasiswa baru mengikuti
mentoring selama 1th. Awalnya aku terheran, kok gak ada
cerita-cerita ala mahasiswa dakwah kampus kayak yg sering kakakku diskusikan? Kok
jarang ada yg ngomongin KAMMI? Rohis? Ternyata Rohis disini dikenal dg LDK
Al-Kahfi. Tahun pertama di UMP aku belum resmi menjadi kader LDK, namun tidak
di tahun kedua. Kalo difikir, aku menyesal
juga gak terlalu aktif di LDK. Baru kerasa setelah menjadi mahasiswa semester
akhir seperti sekarang. But, yaa, disini aku tak akan menjelaskan secara detail
tentang LDK Al-Kahfi, tentang alasan mengapa aku tak terlalu aktif disana.
Ditulisanku kali ini, aku
ingin menuliskan tentang perjalanku menemukan KAMMI. Special di HUT KAMMI yang
ke 17th. Barakallah untuk KAMMI dan kader-kadernya di seluruh
belahan dunia, di seluruh jengkal bumi ini. Untuk kader KAMMI pilihan Allah,
orang-orang yg Allah tunjuk secara istimewa diantara sepuluh, seratus, seribu,
sejuta, bahkan triliyunan manusia di seluruh penjuru dunia..
Kurang lebih, sudah memasuki
tahun ketiga aku bergabung dengan KAMMI. Perjalananku menemukan KAMMI di kampus
biru ini sungguh memilukan. Diawali ketika menjadi mahasiswa UMP, tinggal
dikos-kosan yg bukan kos binaan itu rasanya menyiksa batin saya. Sering sekali
aku menangis selesai menjalankan sholat, tilawah dengan iringan tangis air
mata, karena merindukan saudara saudari Rohis SMA. Memang ukhuwah itu sangat
indah dirasa, namun aku tak merasakan di tempat kos awal pertama aku tinggali.
Ditengah kepiluanku dulu,
Allah memberi jawaban indah atas doaku. Lewat mentoring yg diwajibkan oleh
kampus itu, aku bertemu dengan mbak Nia. Mentorku yg cantik, lembut, dan
keibuan itu lah yg secara tak sengaja membawaku menemukan KAMMI. Ah mbak Nia,
aku merindukanmu :’( mbak Nia juga salah satu kakak angkatanku di prodi bahasa
Inggris. Tak sengaja saat mentoring, aku melihat dia memakai gantungan di
tasnya bertulisan KAMMI. Karena sebelumnya aku telah mengenal KAMMI, aku
berniat menanyakan apakah ini “KAMMI” yg sering kakakku ceritakan? Aku optimis
jawaban yg akan ku dengar adalah “YA”, karena salah satu ciri khas kader KAMMI
ya seperti mbak Nia, jilbab besarnya itu loh hehe
Singkat cerita, aku pun
menemukanmu, KAMMI. Yg selama ini aku cari ditengah kepiluan hati ini. Sejak
aku menemukan gantungan kunci di tas mbak Nia itu, aku bertanya banyak, salah
satunya tentang Liqo. Ya, aku merindukan lingkaran itu, lingkaran yg untuk
pertama kali aku rasakan saat duduk di bangku SMA kelas 2. Kemudian mbak Nia
memintaku untuk main ke ARJ (Ar Ruhul Jadid) kost, yg sekaligus menjadi secretariat
KAMMI Ahmad Dahlan. “temui mbak XY ya, dia yg akan menjadi Murobbi kamu,
dek.”
Keesokan harinya sampailah
aku di sebuah rumah yg ketika aku memasukinya untuk pertama kali, hawanya saja
udah beda, adem, sejuk. Ingin sekali aku tinggal disini, dan Alhamdulillah,
hingga sekarang aku menetap di sini.
Pada hakikatnya, ketika kita
mempunyai niat yg baik, insya Allah, Allah akan memudahkannya. Itu yg selama
ini aku sering rasakan. Mengenal KAMMI, menemukan KAMMI di kampus biru, KAMMI
yg bagaikan rumput liar di tengah-tengah kampus biru, KAMMI yg jumlah kadernya
sedikit di kampus biru ini, namun KAMMI yg ukhuwahnya sangat erat dan membuat
orang yg ‘terjebak’ di dalamnya enggan untuk berbalik.
DM1, sekitar 2,5th
yg lalu adalah resminya aku menjadi kader KAMMI, khususnya KAMMI Ahmad Dahlan
Purwokerto. Dan sekitar 1th lebih yg lalu, DM2 Semarang aku ikuti. Ah,
mengingat cerita dibalik DM2 itu sungguh ucap syukur begitu deras keluar dari
bibirku. Dimana aku dengan beraninya tak mengikuti ujian Public Speaking,
meninggalkan tugas akhir salah satu mata kuliah, dan alhasil, aku mendapat
nilai yg seadanya, yg semester ini aku perbaiki. Saat itu aku percaya bahwa
ketika kita menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita. Dan ini yg aku
rasakan saat ini, insya Allah mendapatkan ganti yg lebih baik, dan jalannya pun
dimudahkan sama Allah. Alhamdulillaah…
Sekarang, bertepatan dengan
tanggal 29 Maret 2015, 17th KAMMI. Milad KAMMI di seluruh Indonesia,
dan juga KAMMI di luar negeri. Telah kutuliskan sebuah kisah singkat perjalanku
menemukanmu KAMMI ditengah kampus biru, sebuah kampus kecil di kota Purwokerto.
Andai perjuangan ini mudah,
pasti ramai yg menyertainya. Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan, pasti
ramai yg tertarik padanya. Namun, hakikat perjuangan bukanlah begitu. Semangat
wahai jiwa-jiwa pilihan Allah. Jiwa yg secara istimewa Allah tunjuk sebagai
satu diantara sepuluh, seratus, seribu, berjuta, bahkan triliyunan manusia di seluruh dunia.
Tulisan ini mengingatkanku
secara pribadi dan aku persembahkan secara istimewa untuk teman-teman KAMMI di
seluruh penjuru, especially teman-teman KAMMI Ahmad Dahlan Purwokerto. Ukhti Giar,
adekku Liya and Amach. Ketum KomsAD, Akh Budi and the gang, Akh Bani, Akh Gian,
Akh Ivan, dek Imron, dek Huda, dek Udin, dan kawan-kawan alumni mbak Nia, mbak
Betty, mbak Riri, mbak Dheris, mbak Ndis, mbak Ezi, Akh Juli, Akh Heru. Serta calon
kader KAMMI Ahmad Dahlan, ukhti Wiwik, ukhti Betti, dek Amal, and dek Desi
cungkring :D hehe
ini ceritaku, mana
ceritamu?? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar