Kamis, 12 Juni 2014

Memori tiga, empat, dan lima tahun lalu :’)

Bismillaahirrahmaanirrahiim.. kuberanikan diri menulis tulisan ini :’)

Terbagun dari tidur siang di sore hari, seketika aku teringat akan memori itu. Memori tiga, empat, bahkan lima tahun yang  lalu. Memori dimana aku masih memakai seragam putih abu-abu. Memori ketika aku bercengkerama dengan teman SMAku dan teman-teman seperjuangan di Rohis SMA Negeri 2 Brebes. Dan juga memori yang tak kan pernah terlupakan dengan kakak-kakak KAMUS MEDIA Brebes, Keluarga Muslim Muda Cendikia daerah Brebes.

Ketika terbangun dari tidur siangku, aku bangkit dari ranjang dan rasa ingin menuliskan memori itu sangat kuat. Ibuku, yang kala itu tertidur pulas disampingku segera kubangunkan. Kuajaknya solat ashar berjamaah. Usai solat, segera kunyalakan lapotop Lenovo kepunyaan Mbak-ku. Kumulai memainkan jari-jari di atas keyboard.

Memori masa putih abu-abu. Aku ingin bercerita tentang teman-temanku disini.


Masa aku memasuki SMA, alhamdulillaah aku sudah berjilbab. Dan alhamdulillaah, SMA aku tak pernah mengenakan jilbab paris. Entah aku belum mengenal jilbab yang terkenal tipis dan menerawang  itu, atau apalah aku tak tau. Aku bergaul layaknya siswa SMA lainnya. Yang membuatnya berbeda, aku amat jauh dari canda ria dengan anak-anak lelaki. Pemandangan berbaur dan tawa terbahak-bahak antara siswa perempuan dan laki-laki ciri khas anak SMA, namun alhamdulillaah aku tau batas, dan tak membiarkan sedikitpun kulit ku tersentuh oleh mereka. Allah, am thankful :’)

Di masa SMA, aku mengenal banyak ekstrakulikuler. Aku sempat mengikuti ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja yang biasa disingkat dengan KIR. Aku pernah mengikuti lomba menulis tingkat Nasional ketika aku masih di bangku kelas satu SMA. Yaa, mungkin tulisanku masih kaku, aku pun gagal menyandang gelar juara. Kala itu pun KIR di sekolahku masih belum terlalu aktif. Masih kuingat, pembinanya adalah bu Uun, guru Matematika. Aku menyukai sosok beliau, dia bertubuh kecil sama sepertiku, beliau berjilbab panjang menutupi dada. Semenjak keluar dari SMA-ku, aku belum pernah bertemu dengan beliau lagi :’(

Kemudian, ekstrakulikuler yang kuikuti lagi yaitu Karate. Jangan kaget yaa, kalau ternyata ukhti kecil ini sempet naik dua tingkat ketika ujian kenaikan tingkat. Ya, aku naik dua tingkat dari sabuk putih ke hijau. Sabuk kuning ku lewati. Itu membuatku ketika latihan Karate berada di baris tengah setelah sabuk hitam, coklat, dan biru. Tapi aku tak bertahan lama disitu. Semester dua aku memutuskan untuk keluar dari ekstrakulikuler tersebut. Aku bergabung dengan Rohis. Rohaniah Islam, ketika kumenginjak semester dua kelas satu SMA.

Di Rohis, aku mengenal banyak teman-teman yang luar biasa. Sebelum bergabung, aku sudah mengenal teman-teman akhwat di sana. Karena tiap pulang sekolah, aku selalu menyempatkan duduk-duduk di depan masjid sekolah, dan mengobrol dengan teman-teman Rohis. Sebelum bergabung resmi di Rohis, aku juga sudah berminat karena rekomendasi dari kakak-kakakku, Mbak Disa, Mbak Isna, dan Mbak Meike. Ketiga kakakku juga jebolan SMA yang sama denganku, dan akhwat jebolan Rohis SMA Negeri 2 Brebes. Alhamdulillaah aku mengikuti jejak mereka. Banyak kisah-kisah biru selama perjuangan di Rohis, bahkan kisah klasik dua aktivis dakwah muda pun terjadi di sana. Tak usahlah aku mengingatnya lagi :’D

Aku tak pernah dikecewakan selama aku berada di Rohis SMA. Ukhuwan diantara anggota Rohis sangat kental terasa. Namun, beberapa waktu lalu, aku menangis karena suatu hal. Salah satu teman akhwat Rohis telah ‘berubah’. Dia bukan lagi akhwat yang ku kenal dulu. Tak sengaja, aku menemukan foto profil di akun Facebooknya dengan busana yang jauh dari kriteria syar’i. Jilbab modis penuh lilitan di sana-sini, dan juga celana dan baju ketat yang membentuk tubuhnya. “Ukhti. Kok ada yang berubah?” kutinggalkan komentar itu di bawah foto profilnya. Namun tak ada respon sama sekali. Aku menangis. Tapi, hal ini membuatku bersyukur. Semenjak Tarbiyah dari SMA, Allah telah tetapkan aku untuk tetap dengan pakaian syar’i dan jilbab terjulur panjang menutup dadaku. Dan selalu kuberdoa agar keistiqomahan selalu padaku. Aamiin :’)
 
Hingga suatu saat, aku kenal dengan KAMUS MEDIA. Keluarga Muslim Muda Cendikia. Ini adalah organisasi beranggotakan kakak-kakak Tarbiyah daerah Brebes yang sudah lulus kuliah. Mereka membentuk KM untuk merangkul dan membina adik-adik SMA di daerah Brebes, khususnya anak-anak Rohis. Bener ndak sih? Colek: Mas Arfan Budiman, ketum KM periode sekarang :D
Aku mengenal KM ketika ku duduk di bangku kelas dua SMA. Kala itu, Mbak Disa mengajakku untuk mengikuti event yang akan diselenggarakan KM.  Smart Adventure 3. Obrolan singkat dengan Mbak Disa mengenai agenda KM itu membawaku menjadi peserta di event Smart Adventure yang ketiga. Aku woro-woro kepada teman Rohisku. Tapi tak ada yang bisa ikut, alasannya, karena weekend. Mereka lebih senang menghabiskan weekend dengan keluarga masing-masing. Tapi aku tak menyerah. Ku ajak rekan Rohis yang satu kelas denganku. Dutha namanya. Hemm, ikhwan pemalu itu pun menolakku. “Afwan ukh, ana nda bisa. Ana ada acara. Semoga lain kali bisa ikut.”
Wajahku mengkusut. Tak apalah, aku berangkat sendiri. 

Eh, tapi tiba-tiba dua akhwat dari belakang menepuk pundakku. Teman selingkaran, teman Liqo-ku pertama kali aku Tarbiyah. Mereka memberikan kabar baik kalau mereka akan ikut. Namanya Silvi dan Aya. Alhamdulillaah senang sekali rasanya.

Smart Adventure 3 by KAMUS MEDIA BREBES
Kala itu di adakan di Waduk Malahayu. Jauh dari Pusat Kota. Dengan menggunakan Truck kami kesana. Satu Truck untuk akhwat, dan satu untuk ikhwan. Selama disana, aku sangat menikmati kegiatannya. Mendapatkan ilmu, pengalaman, dan kenalan anak-anak Rohis SMA se-Brebes. WOW! Amazing! Meskipun kedua kakakku menjadi panitia di agenda itu, aku tak membuntuti atau pun merengek kepada mereka seperti saat aku di rumah. Aku asik berbaur dengan teman-teman akhwat kenalanku. Meski terkadang mbak-mbak panitia sering meledekku. Pernah ku dengar, “Dis, adikmu yang mana?” . “Mbak Isna, itu Desy yaa. Wah, hebat yaa. Kalian empat bersaudara, akhwat semua.” Kutanggapi dengan senyuman. Mendengar itu, aku sangat bersyukur pada Allah. Allah-lah yang telah mengkondisikan keluargaku menjadi keluarga yang “terkondisikan” menjadikanku akhwat kecil, dan tak membiarkan diriku menikmati dunia remaja yang dihiasi penuh dengan kesenangan dan tenggelam dalam dosa pacaran seperti remaja-remaja masa itu, dan masa sekarang yng semakin melangit.

Masa-masa itu adalah masa ketika KAMUS MEDIA sedang aktif-aktifnya. Mas Adhi adalah ketum KM kala aku mengikuti SA3. Ketum sekarang adalah Mas Arfan.

Ingin kusampaikan ini pada kakak-kakak KAMUS MEDIA.

Mas Adhi, Mas Arfan, dan mbak-mas lainnya. Kemana KM yang dulu? Ingin sekali aku mengenalkan KM pada adik-adik SMA, seperti saat aku dikenalkan KM oleh kalian. Aku tahu, dan kalian pasti tau bahwa di luar sana ada banyak adik-adik yang merindukan rangkulan tangan kita, merindukan bimbingan kita. Aku tahu, kalian sudah sibuk dengan urusan masing-masing, dan prioritas itu bukan lagi untuk KAMUS MEDIA. Aku ingin, kalian bimbing kami, adik-adik yang ingin kembali mewarnai KAMUS MEDIA.

Langkah awal yang kuambil, aku coba diskusikan dengan mbak Ovi untuk menulis status di FB dan mengundang kalian, berdiskusi untuk membuat KM dikenal kembali.

Aku rindu, aku rindu, aku rindu...

Aku rindu masa-masa di KAMUS MEDIA. Kalian tau? Ketika aku rindu dan teringat KAMUS MEDIA, aku mencoba mengobatinya dengan mengenakan kaos biru kombinasi hitam. Ya, kaos KAMUS MEDIA Brebes. Apakah kalian masih menyimpan kaos itu?? :’)

Teman-teman akhwat di kampus sempat ada yang bertanya ketika pertama kali aku mengenakan kaos itu. “ukh, KAMUS MEDIA sih apa?” kujelaskan setauku. Dan mereka tertarik, mereka antusias pada kita, KAMUS MEDIA. Lihatlah!! Mereka iri dengan kita. Kita sudah menggenggam KM. 

Teman-teman, inilah saatnya kita bangkit meneruskan estafet dakwah dari kakak-kakak KAMUS MEDIA terdahulu.

Kami mohon bimbingan dan arahan dari kakak-kakak sekalian yaa. Afwan jiddan jika catatan ini membuat tak enak di hati ataupun lainnya. Kutunggu kabar baik untuk langkah KAMUS MEDIA selanjutnya.

Salam sayang dari akhwat kecil ini, Desy Nur Annisa :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar