Bismillaahirrahmaanirrahiim.. kuberanikan diri menulis
tulisan ini :’)
Terbagun dari tidur siang di sore
hari, seketika aku teringat akan memori itu. Memori tiga, empat, bahkan lima
tahun yang lalu. Memori dimana aku masih
memakai seragam putih abu-abu. Memori ketika aku bercengkerama dengan teman
SMAku dan teman-teman seperjuangan di Rohis SMA Negeri 2 Brebes. Dan juga
memori yang tak kan pernah terlupakan dengan kakak-kakak KAMUS MEDIA Brebes,
Keluarga Muslim Muda Cendikia daerah Brebes.
Ketika terbangun dari tidur
siangku, aku bangkit dari ranjang dan rasa ingin menuliskan memori itu sangat
kuat. Ibuku, yang kala itu tertidur pulas disampingku segera kubangunkan.
Kuajaknya solat ashar berjamaah. Usai solat, segera kunyalakan lapotop Lenovo kepunyaan Mbak-ku. Kumulai memainkan
jari-jari di atas keyboard.
Memori masa putih abu-abu. Aku
ingin bercerita tentang teman-temanku disini.
Masa aku memasuki SMA, alhamdulillaah aku sudah berjilbab. Dan alhamdulillaah, SMA aku tak pernah
mengenakan jilbab paris. Entah aku belum mengenal jilbab yang terkenal tipis
dan menerawang itu, atau apalah aku tak
tau. Aku bergaul layaknya siswa SMA lainnya. Yang membuatnya berbeda, aku amat
jauh dari canda ria dengan anak-anak lelaki. Pemandangan berbaur dan tawa
terbahak-bahak antara siswa perempuan dan laki-laki ciri khas anak SMA, namun alhamdulillaah aku tau batas, dan tak
membiarkan sedikitpun kulit ku tersentuh oleh mereka. Allah, am thankful :’)
Di masa SMA, aku mengenal banyak
ekstrakulikuler. Aku sempat mengikuti ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja yang
biasa disingkat dengan KIR. Aku pernah mengikuti lomba menulis tingkat Nasional
ketika aku masih di bangku kelas satu SMA. Yaa, mungkin tulisanku masih kaku,
aku pun gagal menyandang gelar juara. Kala itu pun KIR di sekolahku masih belum
terlalu aktif. Masih kuingat, pembinanya adalah bu Uun, guru Matematika. Aku
menyukai sosok beliau, dia bertubuh kecil sama sepertiku, beliau berjilbab
panjang menutupi dada. Semenjak keluar dari SMA-ku, aku belum pernah bertemu
dengan beliau lagi :’(
Kemudian, ekstrakulikuler yang
kuikuti lagi yaitu Karate. Jangan kaget yaa, kalau ternyata ukhti kecil ini
sempet naik dua tingkat ketika ujian kenaikan tingkat. Ya, aku naik dua tingkat
dari sabuk putih ke hijau. Sabuk kuning ku lewati. Itu membuatku ketika latihan
Karate berada di baris tengah setelah sabuk hitam, coklat, dan biru. Tapi aku
tak bertahan lama disitu. Semester dua aku memutuskan untuk keluar dari
ekstrakulikuler tersebut. Aku bergabung dengan Rohis. Rohaniah Islam, ketika
kumenginjak semester dua kelas satu SMA.
Di Rohis, aku mengenal banyak
teman-teman yang luar biasa. Sebelum bergabung, aku sudah mengenal teman-teman
akhwat di sana. Karena tiap pulang sekolah, aku selalu menyempatkan duduk-duduk
di depan masjid sekolah, dan mengobrol dengan teman-teman Rohis. Sebelum
bergabung resmi di Rohis, aku juga sudah berminat karena rekomendasi dari
kakak-kakakku, Mbak Disa, Mbak Isna, dan Mbak Meike. Ketiga kakakku juga
jebolan SMA yang sama denganku, dan akhwat jebolan Rohis SMA Negeri 2 Brebes.
Alhamdulillaah aku mengikuti jejak mereka. Banyak kisah-kisah biru selama perjuangan
di Rohis, bahkan kisah klasik dua aktivis dakwah muda pun terjadi di sana. Tak
usahlah aku mengingatnya lagi :’D
Aku tak pernah dikecewakan selama
aku berada di Rohis SMA. Ukhuwan diantara anggota Rohis sangat kental terasa. Namun,
beberapa waktu lalu, aku menangis karena suatu hal. Salah satu teman akhwat
Rohis telah ‘berubah’. Dia bukan lagi akhwat yang ku kenal dulu. Tak sengaja,
aku menemukan foto profil di akun Facebooknya dengan busana yang jauh dari
kriteria syar’i. Jilbab modis penuh lilitan di sana-sini, dan juga celana dan baju
ketat yang membentuk tubuhnya. “Ukhti. Kok ada yang berubah?” kutinggalkan
komentar itu di bawah foto profilnya. Namun tak ada respon sama sekali. Aku menangis.
Tapi, hal ini membuatku bersyukur. Semenjak Tarbiyah dari SMA, Allah telah
tetapkan aku untuk tetap dengan pakaian syar’i dan jilbab terjulur panjang
menutup dadaku. Dan selalu kuberdoa agar keistiqomahan selalu padaku. Aamiin :’)
Hingga suatu saat, aku kenal
dengan KAMUS MEDIA. Keluarga Muslim Muda Cendikia. Ini adalah organisasi beranggotakan
kakak-kakak Tarbiyah daerah Brebes yang sudah lulus kuliah. Mereka membentuk KM
untuk merangkul dan membina adik-adik SMA di daerah Brebes, khususnya anak-anak
Rohis. Bener ndak sih? Colek: Mas Arfan Budiman, ketum KM periode sekarang :D
Aku mengenal KM ketika ku duduk
di bangku kelas dua SMA. Kala itu, Mbak Disa mengajakku untuk mengikuti event yang akan diselenggarakan KM. Smart Adventure 3. Obrolan singkat dengan Mbak
Disa mengenai agenda KM itu membawaku menjadi peserta di event Smart Adventure
yang ketiga. Aku woro-woro kepada teman Rohisku. Tapi tak ada yang bisa ikut,
alasannya, karena weekend. Mereka
lebih senang menghabiskan weekend dengan keluarga masing-masing. Tapi aku tak
menyerah. Ku ajak rekan Rohis yang satu kelas denganku. Dutha namanya. Hemm,
ikhwan pemalu itu pun menolakku. “Afwan
ukh, ana nda bisa. Ana ada acara. Semoga lain kali bisa ikut.”
Wajahku mengkusut. Tak apalah,
aku berangkat sendiri.
Eh, tapi tiba-tiba dua akhwat
dari belakang menepuk pundakku. Teman selingkaran, teman Liqo-ku pertama kali
aku Tarbiyah. Mereka memberikan kabar baik kalau mereka akan ikut. Namanya
Silvi dan Aya. Alhamdulillaah senang
sekali rasanya.
Smart Adventure 3
by KAMUS MEDIA BREBES
Kala itu di
adakan di Waduk Malahayu. Jauh dari Pusat Kota. Dengan menggunakan Truck kami
kesana. Satu Truck untuk akhwat, dan satu untuk ikhwan. Selama disana, aku
sangat menikmati kegiatannya. Mendapatkan ilmu, pengalaman, dan kenalan
anak-anak Rohis SMA se-Brebes. WOW! Amazing!
Meskipun kedua kakakku menjadi panitia di agenda itu, aku tak membuntuti atau
pun merengek kepada mereka seperti saat aku di rumah. Aku asik berbaur dengan
teman-teman akhwat kenalanku. Meski terkadang mbak-mbak panitia sering
meledekku. Pernah ku dengar, “Dis, adikmu yang mana?” . “Mbak Isna, itu Desy
yaa. Wah, hebat yaa. Kalian empat bersaudara, akhwat semua.” Kutanggapi dengan
senyuman. Mendengar itu, aku sangat bersyukur pada Allah. Allah-lah yang telah
mengkondisikan keluargaku menjadi keluarga yang “terkondisikan” menjadikanku
akhwat kecil, dan tak membiarkan diriku menikmati dunia remaja yang dihiasi
penuh dengan kesenangan dan tenggelam dalam dosa pacaran seperti remaja-remaja
masa itu, dan masa sekarang yng semakin melangit.
Masa-masa itu adalah masa ketika
KAMUS MEDIA sedang aktif-aktifnya. Mas Adhi adalah ketum KM kala aku
mengikuti SA3. Ketum sekarang adalah Mas Arfan.
Ingin kusampaikan ini pada
kakak-kakak KAMUS MEDIA.
Mas Adhi, Mas Arfan, dan mbak-mas
lainnya. Kemana KM yang dulu? Ingin sekali aku mengenalkan KM pada adik-adik
SMA, seperti saat aku dikenalkan KM oleh kalian. Aku tahu, dan kalian pasti tau
bahwa di luar sana ada banyak adik-adik yang merindukan rangkulan tangan kita,
merindukan bimbingan kita. Aku tahu, kalian sudah sibuk dengan urusan
masing-masing, dan prioritas itu bukan lagi untuk KAMUS MEDIA. Aku ingin,
kalian bimbing kami, adik-adik yang ingin kembali mewarnai KAMUS MEDIA.
Langkah awal yang kuambil, aku
coba diskusikan dengan mbak Ovi untuk menulis status di FB dan mengundang
kalian, berdiskusi untuk membuat KM dikenal kembali.
Aku rindu, aku rindu, aku
rindu...
Aku rindu masa-masa di KAMUS
MEDIA. Kalian tau? Ketika aku rindu dan teringat KAMUS MEDIA, aku mencoba
mengobatinya dengan mengenakan kaos biru kombinasi hitam. Ya, kaos KAMUS MEDIA
Brebes. Apakah kalian masih menyimpan kaos itu?? :’)
Teman-teman akhwat di kampus
sempat ada yang bertanya ketika pertama kali aku mengenakan kaos itu. “ukh,
KAMUS MEDIA sih apa?” kujelaskan setauku. Dan mereka tertarik, mereka antusias
pada kita, KAMUS MEDIA. Lihatlah!! Mereka iri dengan kita. Kita sudah
menggenggam KM.
Teman-teman, inilah saatnya kita
bangkit meneruskan estafet dakwah dari kakak-kakak KAMUS MEDIA terdahulu.
Kami mohon bimbingan dan arahan
dari kakak-kakak sekalian yaa. Afwan jiddan jika catatan ini membuat tak enak
di hati ataupun lainnya. Kutunggu kabar baik untuk langkah KAMUS MEDIA
selanjutnya.
Salam sayang dari akhwat kecil
ini, Desy Nur Annisa :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar